Kurang Diminati, Kungfu Lo Ban Teng Berupaya Raih Hati Milenial
A
A
A
JAKARTA - Seni beladiri di Indonesia terus berkembang dan tumbuh subur dari sisi keanekaragaman. Berbagai aliran berbeda menyajikan keanekaragaman yang cukup unik. Kekayaan itu pun menjadikan Indonesia semakin dilirik untuk menjadi tempat pengembangan ilmu beladiri, salah satunya kungfu Lo Ban Teng.Aliran yang yang dikembangkan Lo Bang Teng itu telah tersebar di seluruh Indonesia. Perguruan ilmu beladiri kungfu beraliran Ngo Chu Kun di Indonesia dikembangkan seorang guru bernama Lo Ban Teng.
Perguruan kungfu Lo Ban Teng pun membidik bibit dari kalangan milenial yang tertarik untuk menekuni seni beladiri ini lewat acara silaturahmi pertama yang digelar di Mal Emporium Pluit, Jakarta, belum lama ini. Acara tersebut juga dihadiri perwakilan dari China dan Filipina.
"Acara ini untuk pelestarian ilmu beladiri dari kakek saya. Kami ingin mempererat yang sudah terjalin, kami mau menyatukan lagi dan saya belajar kemudian mengembangkan ilmu beladiri dari kakek saya yang sudah dari tahun 1928, dan kegiatan berikut kami akan buat dua tahun sekali. Mudah-mudahan dari Singapura, Malaysia, Hongkong, dan negara lainnya bisa ikut bergabung," ujar Ketua GM Lo Ban Teng Ngo Cho Kun Assn Indonesia, Louis Susilo dalam keterangan tertulisnya, Kamis (29/8).
Menurut Louis, ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap beladiri aliran Lo Ban Teng masih kurang. Hal ini cukup berbeda dengan animo di luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia. "Masalahnya mungkin di SDM-nya, atau mereka cenderung main game, gadget gitu," tambahnya.
Louis pun mengagendakan untuk menggelar acara tahunan dengan harapan bisa mengenalkan kungfu ke anak-anak muda. Di samping sebagai upaya pelestarian, dari acara tersebut pihaknya juga bisa mencari bibit-bibit muda. "Saya sudah tua, saya mau adik-adik, anak-anak saya ikut mengembangkan," kata dia.
Pria yang memiliki nama Lo Hak Tiang mengemukakan, Lo Ban Teng datang dari Tiongkok, provinsi Hok Kian pada 1927 dan singgah kali pertama di Semarang, sebelum akhirnya menetap hingga akhir hayat di Jakarta. "Namanya pakai nama almarhum kakek saya, Lo Ban Teng. Tersebar boleh dibilang ada semua, dari Surabaya, Semarang, Solo, Manado, Bogor, Jakarta," kisahnya.
Aliran Lo Ban Teng, menurut Louis, memang memiliki kesamaan dengan kungfu, namun ada sejumlah gerakan yang berbeda. "Memang ada mainan yang geberan, kocokan badan, itu yang jarang ditemukan kungfu-kungfu lain dan lebih terkenal pukulannya," ucapnya.
Perguruan kungfu Lo Ban Teng pun membidik bibit dari kalangan milenial yang tertarik untuk menekuni seni beladiri ini lewat acara silaturahmi pertama yang digelar di Mal Emporium Pluit, Jakarta, belum lama ini. Acara tersebut juga dihadiri perwakilan dari China dan Filipina.
"Acara ini untuk pelestarian ilmu beladiri dari kakek saya. Kami ingin mempererat yang sudah terjalin, kami mau menyatukan lagi dan saya belajar kemudian mengembangkan ilmu beladiri dari kakek saya yang sudah dari tahun 1928, dan kegiatan berikut kami akan buat dua tahun sekali. Mudah-mudahan dari Singapura, Malaysia, Hongkong, dan negara lainnya bisa ikut bergabung," ujar Ketua GM Lo Ban Teng Ngo Cho Kun Assn Indonesia, Louis Susilo dalam keterangan tertulisnya, Kamis (29/8).
Menurut Louis, ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap beladiri aliran Lo Ban Teng masih kurang. Hal ini cukup berbeda dengan animo di luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia. "Masalahnya mungkin di SDM-nya, atau mereka cenderung main game, gadget gitu," tambahnya.
Louis pun mengagendakan untuk menggelar acara tahunan dengan harapan bisa mengenalkan kungfu ke anak-anak muda. Di samping sebagai upaya pelestarian, dari acara tersebut pihaknya juga bisa mencari bibit-bibit muda. "Saya sudah tua, saya mau adik-adik, anak-anak saya ikut mengembangkan," kata dia.
Pria yang memiliki nama Lo Hak Tiang mengemukakan, Lo Ban Teng datang dari Tiongkok, provinsi Hok Kian pada 1927 dan singgah kali pertama di Semarang, sebelum akhirnya menetap hingga akhir hayat di Jakarta. "Namanya pakai nama almarhum kakek saya, Lo Ban Teng. Tersebar boleh dibilang ada semua, dari Surabaya, Semarang, Solo, Manado, Bogor, Jakarta," kisahnya.
Aliran Lo Ban Teng, menurut Louis, memang memiliki kesamaan dengan kungfu, namun ada sejumlah gerakan yang berbeda. "Memang ada mainan yang geberan, kocokan badan, itu yang jarang ditemukan kungfu-kungfu lain dan lebih terkenal pukulannya," ucapnya.
(nug)